Curcol Mahasiswa untuk Rektor UGM

oleh : Adinda Ajitya Ferina, staff AdvoPro BEM KMFT UGM

 

Sudah jadi rahasia umum  kan kalau sering kali terjadi pertentangan antara pihak mahasiswa dengan pihak rektorat. Terutama tentang kebijakan yang dianggap merugikan pihak-pihak tertentu, apalagi dari pihak mahasiswa itu sendiri. Penyebab ini semua secara sederhananya adalah perbedaan idealisme. Namun, ternyata semuanya yang terjadi antara rektor dengan mahasiswa tidaklah sesederhana kedua kata itu, PERBEDAAN IDEALISME. Imbas yang terjadi ternyata lebih dari sekedar yang terlihat.

Pada tulisan ini aku sama sekali tidak berminat menjatuhkan pihak manapun, hanya mencoba mengkaji hasil perbincangan dengan sesama mahasiswa. Sebagai mahasiswa, aku mengakui kadangkala ada kesalahan pengambilan kesimpulan dari kebijakan yang keluar dari rektorat dan masih ada sikap egoisme yang terlihat dari tindakan-tindakan yang diambil oleh pihak mahasiswa. Mahasiswa tidak selalu benar dan rektor tidak selalu mengerti mahasiswa. Aku rasa itu yang terjadi selama ini.

Permasalahan paling dasar yang menjadi pertentangan adalah masalah transparansi rektorat terhadap mahasiswa ataupun masyarakat. Tranparansi apa sih emangnya? Banyak hal ternyata. Salah satunya adalah masalah keuangan. Duit lagi.. duit lagi… heran ya kalo ngomongin duit nggak akan ada abisnya. Pembongkaran BPK atas keuangan UGM jadi salah satu bukti jelas hasil dari ketidaktransparannya. Berapa banyak yang diselewengkan sampai begitu banyaknya akun rekening bank, baik atasnama institusi maupun perseorangan, merupakan bukti  begitu berantakannya keuangan UGM. Ckckckkkk… siapa sih yang megang keuangannya? Berasa banyak orang pinter yang nggak digunain ilmunya, kalo caranya gini. Mubadzir tau, punya ilmu nggak dipake… hehehee

Transparansi keuangan ini juga dapat kita kaitkan dengan masalah beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu di UGM ini. Penerima beasiswa BPUTM dialihkan atau diajukan untuk menerima beasiswa bidik misi yang notabene adalah beasiswa yang berasal dari pemerintah. Lalu, kemana perginya dana beasiswa BPUTM??? Ada dua kejadian yang terdengar. Pertama, ada pembayaran ganda dari mahasiswa penerima beasiswa ini, dengan artian mereka menerima kedua beasiswa tersebut sekaligus. Kedua, penerima BPUTM dialihkan menjadi penerima beasiswa bidik misi yang ini meninggalkan kesan bahwa UGM berusaha untuk lepas tangan dari tanggung jawab untuk pemberian beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu. Entah mana yang benar, yang benar adalah tidak adanya tranparansi keuangan. Hehehee…

Transparansi ternyata juga harus dilakukan dalam masalah pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh rektorat. Untuk apa???  Tentunya untuk membuat mahasiswa mengerti  tujuan dari pengambilan kebijakan tersebut. Dengan ini pula rektorat dapat mengetahui tanggapan mahasiswa tentang kebijakan sebelum adanya aksi demo atau turun ke jalan. Bukannya lebih enak kalau diomongin baik-baik?? Jadi nggak perlu ribut-ribut dulu macam kasus pemberhentian ekstensi di sekolah vokasi.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan sekolah vokasi??? Pemberhentian pemberian ekstensi ternyata menyulut aksi mahasiswa yang menjadi perhatian publik. Hal ini meninggalkan kesan pihak universitas mengingkari janji yang mereka berikan ketika mahasiswa SV masuk, yaitu hak ekstensi dengan persyaratan tertentu seperti batasan nilai atau IPK. Penyelesaian masalah yang pada awalnya terkesan tidak digubris oleh pihak rektorat, telah membuat mahasiswa melakukan aksi pengepungan rektorat. Sampai ada tenda-tendanya segala lho… bener-bener pendudukan rektorat. Masalah ini sempat berlarut-larut dan rektorat meminta waktu untuk mengkaji masalah ini lagi. Namun, sampai sekarang belum ada kelanjutan dari masalah ini. Entah pihak mahasiswa SV tidak memberi kabar kepada kami atau keputusan pihak rektorat memang tidak dipublikasikan untuk umum, dengan artinya hanya untuk kedua belah pihak saja. Seharusnya transparansi rektorat, yang sayangnya belum terlaksana, dalam pengambilan kebijakan ini bisa mengurangi dampak ketidakpuasan mahasiswa. Apalagi masih banyak jalan keluar tanpa harus menghapuskan ekstensi yang telah dijanjikan pihak universitas saat mahasiswa SV ini masuk menjadi bagian UGM. Terkesan penghilangan hak ya…

Contoh lain lagi adalah masalah KIK. Mungkin tujuan yang dimaksudkan oleh rektorat itu baik, tapi tidak adanya pemahaman dalam mengelola mahasiswa terutama gerakan mahasiswa telah membuat komunikasi yang ada antara mahasiswa dan rektorat menjadi memanas. Santai ngapa??? Hhuuhh… Penggunaan KIK ini ternyata dianggap telah mempersulit akses beberapa kendaraan untuk melintasi wilayah UGM. Ditambah lagi penarikan uang untuk kendaraan tanpa KIK ketika meninggalkan wilayah UGM. Kemana larinya dana yang terkumpul itu?? Ke kantong si penjaga atau ke kantong UGM yang telah terbukti carut-marut itu??? Ckckckkk…

Pengejaran Status World Class Research University (WCRU) juga menghadapi tanggapan miris mahasiswa. Ada dosen yang malah dengan asyiknya melakukan riset dan proyek miliknya demi terwujudnya status ini, tapi sering meninggal kelas yang berarti meninggalkan kewajiban utama untuk berbagi ilmu dengan kami, mahasiswa UGM. Belum lagi kampus educopolish yang mulai tercipta di lingkungan UGM ini. “Wuuiihh ngapain nih ada mall di tengah-tengah kampus???” lelucon yang benar-benar terjadi saat melihat gedung salah satu fakultas di UGM… hahahaa

Dengan melihat banyaknya kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan pada masa kepemimpinan rektor Prof.Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D.  Seharusnya kita menjadi lebih paham betapa pentingnya pemilihan rektor yang sedang kita hadapi saat ini. Pemilihan dan pengangkatan Pak Sudjarwadi yang dipertanyakan pada masa-masa awal kepemimpinannya, telah ditutup dengan kejadian terbongkarnya dosa-dosa pengambil kebijakan ini. Semua imbas kesalahan pengambilan jalan kebijakannya sudah kita rasakan sendiri sebagai mahasiswa UGM.

Sebelum semuanya terlanjur terulang kembali, ayo kita kawal pemilihan rektor saat ini. Agar menjadi pemilihan yang bersih dan tanpa kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan, tapi kepentingan kita bersama sebagai keluarga besar Universitas Gajah Mada.

Hidup Mahasiswa Indonesia !!!!


Tinggalkan komentar